Judul: HEWAN AVERTEBRATA
I. KAJIAN
PUSTAKA
A.
Pengertian Hewan Avertebrata/Invertebrata
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan invertebrata.(sundowo harminto:105 )
Hewan Invertebrata adalah hewan yang tidak bertulang belakang, serta memiliki struktur morfologi dan anatomi lebih sederhana dibandingkan dengan kelompok hewan bertulang punggung/belakang, juga sistem pencernaan, pernapasan dan peredaran darah lebih sederhana dibandingkan hewan invertebrata.(sundowo harminto:105 )
B.
Ciri ciri Hewan Invertebrata
Hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap rangsangan eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan makanan bentuk kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Perbedaan itu berlaku secara umum, tentu saja ada kelainan-kelainannya. Tiap individu, baik pada hewan uniselular maupun pada hewan multiselular, merupakan satu unit. Hewan itu berorganisasi, berarti tiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinat dari individu sebagai keseluruhan baik sebagai bagian suatu sel maupun seluruh sel. Inilah yang disebut konsep organismal, suatu konsep yang penting dalam biologi.
Secara umum berikut ini adalah ciri-ciri hewan :
Hewan mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap rangsangan eksternal, tumbuh mencapai besar tertentu, memerlukan makanan bentuk kompleks dan jaringan tubuhnya lunak. Perbedaan itu berlaku secara umum, tentu saja ada kelainan-kelainannya. Tiap individu, baik pada hewan uniselular maupun pada hewan multiselular, merupakan satu unit. Hewan itu berorganisasi, berarti tiap bagian dari tubuhnya merupakan subordinat dari individu sebagai keseluruhan baik sebagai bagian suatu sel maupun seluruh sel. Inilah yang disebut konsep organismal, suatu konsep yang penting dalam biologi.
Secara umum berikut ini adalah ciri-ciri hewan :
1.
Hewan merupakan
organisme eukariota, multiseluler, heterotrofik. Berbeda dengan nutrisi
autotrofik pada tumbuhan, hewan memasukkan bahan organik yang sudah jadi, ke
dalam tubuhnya dengan cara menelan (ingestion) atau memakan organisme lain,
atau memakan bahan organik yang terurai.
2.
Sel-sel hewan
tidak memiliki dinding sel yang menyokong tubuh dengan kuat, seperti pada
tumbuhan atau jamur. Komponen terbesar sel-sel hewan terdiri atas protein
struktural kolagen.
3.
Keunikan hewan
yang lain adalah adanya dua jaringan yang bertanggung jawab atas penghantaran
impuls dan pergerakan, yaitu jaringan sarafdan jaringan otot sehingga dapat
bergerak secara aktif.
4.
Sebagian besar
hewan bereproduksi secara seksual, dengan tahapan diploid yang mendominasi
siklus hidupnya.
5.
Alat pernapasan
pada hewan bermacam-macam tergantung pada temapt hidupya, ada yang bernapas
dengan paru-paru seperti kucing, insangseperti ikan, kulit seperti cacing,
trakea seperti serangga.
6.
Memerlukan
makanan untuk tumbuh dan bertahan hidup.
7.
Tidak mempunyai
indra berpikir.
8.
Dapat dikendali
untuk manusia (hewan piaraan/sirkus).
9.
Kehidupan dapat
berakhir (mati)
C.
Filum-filum Hewan
Invertebrata
1. Filum protozoa
Frotozoa merupakan hewan bersel satu yang hidup di dalam air, protozoa memakan tumbuhan dan hewan, frotozoa berkembang biak secara reproduksi unseksual atau vegetatif dengan cara membelah diri dan dengan cara seksuan / generatif konjugasi (sundowo harminto ;106).
Filum frotozoa terbagi menjadi beberapa kelas:
a) Kelas hewan berambut getar (cikata)
b) Kelas hewan berkaki semu (rhizopoda)
c) Kelas hewan berspora (sporozoa)
d) Kelas hewan berbulu cambuk (flogellato)
2. Filum forifera (hewan berfori)
Forifera merupakan hewan air dan hidup di laut bentuk tubuh seperti tumbuhan yang melekat pada suatu dasar laut, jadi forifera dapat berpindah tempat dengan bebas, tubuh forifera seperti tabung yang memiliki banyak pori (lubang kecil pada sisinya dan mempunyai rongga di bagian dalam) forifera dapat berkembang biak dengan cara generatif dan vegetatif.(Sundowo harminto:106)
Forifera terdiri dari tiga kelas:
a) Kelas corcorea
Terdiri dari zat kapur (spikula) dan hidup di laut yang dangkal, contoh; seghpha SP, charsarina SP.
b) Kelas hexactinelida
Terdiri atas zat kersik dan hidup di laut yang dalam. Contohnya pnerorepa SP
c) Kelas demospangia
Tubuh lunak bahkan tidak mempunyai rangka, contoh spongia SP
3. Filum coelentrata (hewan berongga)
Coelentrata berasal dari kata coilos (berongga) dan entron (usus) coelentrata mempunyai dua macam bentuk yakni bentuk pasif yang menempel pada suatu dasar dan tidak berpindah.
Coelentrata terdiri dari 3 kelas;
a) Kelas anthozoa
b) Kelas hydrozoa
c) Kelas scyphozoan
4. Filum platyhelminthes (cacing pipih)
Kata platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, kata plays (pipih) dan hemlines (cacing). Platyhelminthes adalah yang mempunyai pipih. Hewan golongan ini mempunyai tubuh simetris bilateral, (kedua sisi sama), tubuh lunak dan tidak bersegmen (ruas) tetapi tidak mempunyai peredaran darah.
Platyhelminthes terbagi ke dalam tiga kelas yaitu:
a) Kelas turbellaria (cacing berambut getar)
b) Kelas trematoda (cacing isap)
c) Kelas cestroda (cacing pita)
5. Filum Mollusca (hewan lunak)
Sesuai dengan namanya, hewan lunak mempunyai tubuh lunak yang dilindungi oleh cangkang dari bahan kalsium (kapur) mollusca bersifat hermoporit, mempunyai sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan sistem pengeluaran.
Mollusca dibedakan menjadi 4 kelas;
a) Kelas lamilli brancuiata (golongan karang dan tiram)
b) Kelas gastropoda (golongan siput)
c) Kelas cephalopoda (golongan cumi-cumi)
d) Kelas amphineura
6. Filum enchinodermata (hewan berkulit duri)
Kata enchinodermata berasal dari bahasa Yunani echimos (landak) dan derma (kulit) semua hewan yang termasuk filum echinodermata biasanya hidup di laut, bentuk tubuhnya simetris radial (sisi tubuh melingkar sama). Mempunyai sistem ameudakral (sistem pompa air). Rangka dalam berkapur dan memiliki banyak duri yang menonjol. Daya generasinya amat besar.
Filum enchinodermata terdiri dari 5 kelas yaitu:
a) Kelas bintang laut (asteroidal)
b) Kelas landak laut (echinoidal)
c) Kelas bintang laut (opiuroidal)
d) Kelas lilin laut (crinoidal)
e) Kelas teripong (holothuroidae)
7. Filum antropoda
Filum ini mempunyai Jumlah species yang paling besar dibandingkan filum-filum lain. Tubuh dan kaki beruasa-ruas dan simetris bilateral, rangka luar mengandung zat kimia. Antropoda mempunyai peredaran darah, tetapi darahnya tidak berwarna, pertumbuhannya lama mengalami metamorfosis (perubahan bentuk).
Filum antropoda terdiri atas:
a) Kelas serangga (insecta)
b) Kelas laba-laba (arachoidae)
c) Kelas udang-udangan (erustacea)
d) Kelas lipan (mynapoda)
1. Filum protozoa
Frotozoa merupakan hewan bersel satu yang hidup di dalam air, protozoa memakan tumbuhan dan hewan, frotozoa berkembang biak secara reproduksi unseksual atau vegetatif dengan cara membelah diri dan dengan cara seksuan / generatif konjugasi (sundowo harminto ;106).
Filum frotozoa terbagi menjadi beberapa kelas:
a) Kelas hewan berambut getar (cikata)
b) Kelas hewan berkaki semu (rhizopoda)
c) Kelas hewan berspora (sporozoa)
d) Kelas hewan berbulu cambuk (flogellato)
2. Filum forifera (hewan berfori)
Forifera merupakan hewan air dan hidup di laut bentuk tubuh seperti tumbuhan yang melekat pada suatu dasar laut, jadi forifera dapat berpindah tempat dengan bebas, tubuh forifera seperti tabung yang memiliki banyak pori (lubang kecil pada sisinya dan mempunyai rongga di bagian dalam) forifera dapat berkembang biak dengan cara generatif dan vegetatif.(Sundowo harminto:106)
Forifera terdiri dari tiga kelas:
a) Kelas corcorea
Terdiri dari zat kapur (spikula) dan hidup di laut yang dangkal, contoh; seghpha SP, charsarina SP.
b) Kelas hexactinelida
Terdiri atas zat kersik dan hidup di laut yang dalam. Contohnya pnerorepa SP
c) Kelas demospangia
Tubuh lunak bahkan tidak mempunyai rangka, contoh spongia SP
3. Filum coelentrata (hewan berongga)
Coelentrata berasal dari kata coilos (berongga) dan entron (usus) coelentrata mempunyai dua macam bentuk yakni bentuk pasif yang menempel pada suatu dasar dan tidak berpindah.
Coelentrata terdiri dari 3 kelas;
a) Kelas anthozoa
b) Kelas hydrozoa
c) Kelas scyphozoan
4. Filum platyhelminthes (cacing pipih)
Kata platyhelminthes berasal dari bahasa Yunani, kata plays (pipih) dan hemlines (cacing). Platyhelminthes adalah yang mempunyai pipih. Hewan golongan ini mempunyai tubuh simetris bilateral, (kedua sisi sama), tubuh lunak dan tidak bersegmen (ruas) tetapi tidak mempunyai peredaran darah.
Platyhelminthes terbagi ke dalam tiga kelas yaitu:
a) Kelas turbellaria (cacing berambut getar)
b) Kelas trematoda (cacing isap)
c) Kelas cestroda (cacing pita)
5. Filum Mollusca (hewan lunak)
Sesuai dengan namanya, hewan lunak mempunyai tubuh lunak yang dilindungi oleh cangkang dari bahan kalsium (kapur) mollusca bersifat hermoporit, mempunyai sistem pencernaan, sistem pernapasan, dan sistem pengeluaran.
Mollusca dibedakan menjadi 4 kelas;
a) Kelas lamilli brancuiata (golongan karang dan tiram)
b) Kelas gastropoda (golongan siput)
c) Kelas cephalopoda (golongan cumi-cumi)
d) Kelas amphineura
6. Filum enchinodermata (hewan berkulit duri)
Kata enchinodermata berasal dari bahasa Yunani echimos (landak) dan derma (kulit) semua hewan yang termasuk filum echinodermata biasanya hidup di laut, bentuk tubuhnya simetris radial (sisi tubuh melingkar sama). Mempunyai sistem ameudakral (sistem pompa air). Rangka dalam berkapur dan memiliki banyak duri yang menonjol. Daya generasinya amat besar.
Filum enchinodermata terdiri dari 5 kelas yaitu:
a) Kelas bintang laut (asteroidal)
b) Kelas landak laut (echinoidal)
c) Kelas bintang laut (opiuroidal)
d) Kelas lilin laut (crinoidal)
e) Kelas teripong (holothuroidae)
7. Filum antropoda
Filum ini mempunyai Jumlah species yang paling besar dibandingkan filum-filum lain. Tubuh dan kaki beruasa-ruas dan simetris bilateral, rangka luar mengandung zat kimia. Antropoda mempunyai peredaran darah, tetapi darahnya tidak berwarna, pertumbuhannya lama mengalami metamorfosis (perubahan bentuk).
Filum antropoda terdiri atas:
a) Kelas serangga (insecta)
b) Kelas laba-laba (arachoidae)
c) Kelas udang-udangan (erustacea)
d) Kelas lipan (mynapoda)
D.
Sistem pencernaan hewan invertebrata
1.
Sistem
pencernaan pada hewan protozoa
Misalnya pada amoeba merupakan hewan bersel satu segala aktivitas hidupnya terjadi di dalam sel itu sendiri. Demikian juga pencernaan makanan terjadi di dalam sel, disebut pencernaan indra sel. Pada waktu amoeba mendapatkan makanan segera amoeba membentuk kaki semu yang mengarah kepada makanan selanjutnya dikelilingi kaki semu kemudian makanan tersebut dibawa ke protoplasma. Dalam protoplasma yang mengandung makanan yang menghasilkan enzim pencernaan. Dalam rongga makanan tersebut terjadi pencernaan makanan. Makanan yang telah dicerna yang berupa sari makanan diserap dari sisa-sisa makanan dan dikeluarkan dari dalam tubuh.
Misalnya pada amoeba merupakan hewan bersel satu segala aktivitas hidupnya terjadi di dalam sel itu sendiri. Demikian juga pencernaan makanan terjadi di dalam sel, disebut pencernaan indra sel. Pada waktu amoeba mendapatkan makanan segera amoeba membentuk kaki semu yang mengarah kepada makanan selanjutnya dikelilingi kaki semu kemudian makanan tersebut dibawa ke protoplasma. Dalam protoplasma yang mengandung makanan yang menghasilkan enzim pencernaan. Dalam rongga makanan tersebut terjadi pencernaan makanan. Makanan yang telah dicerna yang berupa sari makanan diserap dari sisa-sisa makanan dan dikeluarkan dari dalam tubuh.
2.
Sistem
pencernaan pada golongan hermes
Misalnya pada cacing tanah mempunyai saluran pencernaan yang terdiri atas mulut, kerongkongan, tembolok, empedal, usus dan anus. Bagian depan kerongkongan agak membesar disebut paring yang berfungsi untuk mengisap makanan dari mulut dan membasahinya dengan lendir. Makanan cacing tanah berupa humus yang terdapat di tanah yang bersifat asam, dikelilingi kerongkongan terhadap tiga pasang kelenjar yang menghasilkan zat kapur yang dapat menetralkan sifat asam makanannya.
3. Sistem pencernaan pada hewan insect
Serangga misalnya belalang mempunyai tembolok berfungsi untuk menyimpan makanan sementara di sebelah bawah tembolok terdapat kelenjar ludah yang menghasilkan ludah. Ludah tersebut dialirkan melalui saluran induk ke dalam rongga mulut. Dari tembolok makanan masuk ke dalam empedal dan dalam empedal makanan dihancurkan, selanjutnya makanan diteruskan ke dalam lambung. Di bagian depan lambung terdapat enam pasang usus buntu yang berfungsi sebagai kelenjar pencernaan. Makanan yang tidak dicerna diserap di dalam lambung. Sisa-sisa makanan dari usus melalui peletum dikeluarkan melalui anus.
Misalnya pada cacing tanah mempunyai saluran pencernaan yang terdiri atas mulut, kerongkongan, tembolok, empedal, usus dan anus. Bagian depan kerongkongan agak membesar disebut paring yang berfungsi untuk mengisap makanan dari mulut dan membasahinya dengan lendir. Makanan cacing tanah berupa humus yang terdapat di tanah yang bersifat asam, dikelilingi kerongkongan terhadap tiga pasang kelenjar yang menghasilkan zat kapur yang dapat menetralkan sifat asam makanannya.
3. Sistem pencernaan pada hewan insect
Serangga misalnya belalang mempunyai tembolok berfungsi untuk menyimpan makanan sementara di sebelah bawah tembolok terdapat kelenjar ludah yang menghasilkan ludah. Ludah tersebut dialirkan melalui saluran induk ke dalam rongga mulut. Dari tembolok makanan masuk ke dalam empedal dan dalam empedal makanan dihancurkan, selanjutnya makanan diteruskan ke dalam lambung. Di bagian depan lambung terdapat enam pasang usus buntu yang berfungsi sebagai kelenjar pencernaan. Makanan yang tidak dicerna diserap di dalam lambung. Sisa-sisa makanan dari usus melalui peletum dikeluarkan melalui anus.
II. PELAKSANAAN PRAKTIKUM
A. Praktikum 1: Pengungkit
A. Praktikum 1: Pengungkit
Alat
1.
Tiang
neraca
2.
Dudukan
neraca
3.
Lengan
neraca beralur
4.
Penggantungan
piring neraca
5.
Piringan
neraca
6.
Neraca
pegas
7.
Kubus
aluminium
8.
Kotak
KIT IPA
Langkah Kerja
1.
Sediakanlahh
alat dan bahan yang dibutuhkan.
2.
Letakkanlah
tiang neraca tegak lurus (berdiri) di atas meja.
3.
Masukkanlah
lengan neraca beralur ke dalam dudukan neraca beralur.
4.
Letakkanlah
dudukan neraca di atas tiang neraca pada kedudukan yang seimbang.
5.
Letakkanlah
piring neraca pada ujung kiri lengan neraca beralur dengan menggunakan
penggantung piring neraca.
6.
Kaitkanlah
neraca pegas pada ujung lengan kanan neraca beralur.
7.
Letakkanlah
kubu aluminium diatas piring neraca.
8.
Tariklah
neraca pegas agar terjadi keseimbangan antara lengan kanan dan lengan kiri.
Catatlah panjang regangan pegas!
9.
Ulangilah
kegiatan diatas dengan memindahkan titik tumpu neraca yakni, yang pertama
bergeser dua lubang ke kanan dan yang kedua bergeser dua lubang ke kiri.
Kemudian catatlah panjang regangan pegas masing-masing !
10. Buatlah kesimpulan dari percobaan tersebut.
Pertanyaan:
1.
Berapakah
panjang regangan neraca ketika neraca dalam kedudukan seimbang ?
2.
Berapakah
panjang regangan neraca ketika neraca dalam kedudukan digeser 2 kali ke kanan ?
3.
Berapakah
panjang regangan neraca ketika neraca
dalam kedudukan digeser 2 kali ke kiri ?
B. Pratikum 2: Bidang Miring
Alat
1.
Tutup
kota resonasi
2.
Neraca
pegas
3.
Kubus
kayu
4.
Kubus
kayu dan aluminium
5.
Kotak
KIT IPA
6.
Papan
tripleks
Langkah Kerja:
1.
Sediakanlah
alat dan bahan yang dibutuhkan.
2.
Angkatlah
kotak resonasi dengan cara mengaitkan pengait pada neraca pegas pada kaitan
pada kotak resonasi. Hitunglah panjang regangan pegas.
3.
Buatlah
bidang miring dengan cara memiringkan panjang triples dan letakkanlah kotak
resonasi yang telah dikaitkan di bidang miring tersebut. Tariklah kotak
resonasi dari bawah ke atas hitunglah panjang regangan pegas.
4.
Landaikanlah
kemiringan papan tripleks dan tariklah kotak resonasi dari bawah ke atas. Hhitunglah
panjang regangan pegas.
5.
Tinggikanlah
kemiringan papan tripleks dari kondisi awal awal
6.
III. HASIL PENGAMATAN
1.
Hasil Pengamatan Praktikum 1: Pengungkit
IV. ANALISIS HASIL PENGAMATAN PRAKTIKUM
1.
Analisis
Hasil Pengamatan Praktikum : Pengamatan Protozoa
Pengamatan
yang dilakukan adalah pemgamatan protozoa dengan berbagai media yang telah
dipersiapkan.Untuk mengamati protozoa yang terdapat di berbagai media seperti
air jerami, air selokan, dan air kolam.menggunakan mikroskop sebagai alat bantu
dalam mengamati jenis protozoa. Setelah semuanya dipersiapkan maka langkah
selanjutnya adalah mengambil mikroskop kemudian meletakkan mikroskop di tempat
yang cahayanya sangat memungkinkan untuk melihat objek secara jelas. Langkah
pertama yang harus dilakukan untuk menggunakan mikroskop yaitu mengatur
cahayanya jika cahaya yang didapat sudah cukup untuk melihat benda maka langkah
selanjutnya adalah meletakkan objek yang akan diamati di meja preparat.
Jenis
air jerami yang akan pertama di amati, setelah preparatnya jadi maka
selanjutnya preparat tersebut diletakkan di meja preparat. Setelah itu,
mengatur pemutar fokus kasarnya untuk melihat benda.Perbesaran okuler yang
digunakan saaat pengamatan ini adalah perbesaran 10x. Setelah semuanya
tersturuktur dengan baik maka akan terlihat gambar yang diamati yaitu jenis
protozoa yang terdapat di air jerami.
Terlihat
jenis protozoa tersebut memiliki bentuk yang agak lonjong tidak terlalu
panjang, memiliki rambut-rambut, bergerak-gerak dan berbulu.Langkah selanjutnya
adalah menggambar bentuk protozoa tersebut pada lembar hasil pengamatan.
Setelah
air jerami diamati kemudian air selokan, perlakuan yang diberikan sama pada air
jerami tadi. Dengan menggunakan mikroskop terlihat jenis protozoa yang
bentuknya agak panjang dan dikelilingi oleh buliran-buliran kecil yang
menyerupai cairan.Setelah itu, menggambar bentuk protozoa di lembaran hasil
pengamaatn yang telah disediakan.
Setelah air
jerami dan air selokan di amati maka yang terakhir diamati adalah air kolam,
perlakuan yang diberikan kepada air kolam sama seperti perlakuan yang diberikan
kepada air selokan dan air jerami. Bentuk protozoa yang terlihat di dalam
mikroskop adalah berbentuk elips yang memiliki semacam ekor di belakangnya dan
di kelilingi oleh bundaran-bundaran kecil seperti cairan.Setelah itu,
menggambar bentuk protozoa tersebut ke dalam lembaran hasil praktikum yang
teelah disediakan.
IV. KESIMPULAN
A. Kesimpulan Praktikum : Pengamatan Protozoa
A. Kesimpulan Praktikum : Pengamatan Protozoa
Dari
hasil praktikum dengan tujuan untuk mengenal objek dan menempatkan objek
protozoa pada kedudukan taksonominya telah diketahui bahwa dengan adanya
beberaooa jenis media yang digunakan dalam praktikum di atas yaitu air selokan,
air jerami, dan air kolam terdapat jenis protozoa yang berbeda-beda. Jenis
protozoa yang terdapat pada air selokan memiliki bentuk yang agak panjang dan
dikelilingi oleh buliran-buliran kecil yang menyerupai cairan, jenis protozoa
yang terdapat pada air jerami memiliki bentuk bentuk yang agak lonjong tidak
terlalu panjang, memiliki rambut-rambut, bergerak-gerak dan berbulu, dan jenis
protozoa yang terdapat di air kolam memiliki bentuk berbentuk elips yang
memiliki semacam ekor di belakangnya dan di kelilingi oleh bundaran-bundaran
kecil seperti cairan.Ini membuktikan bahwa jenis protozoa tidak memiliki bentuk
yang tetap melainkan bentuknya berubah-ubah sesuai deengan habitatnya.
DAFTAR PUSTAKA
Devi.
Poppy K dan Sri Angraeni. 2003. Ilmu
Pengetahuan Alam VI. Jakarta :
Erlangga
Sundowo
harminto dan Budi wahyuno.2003 Sains VII.
Jakarta : Erlangga
juni 2013
trimakasih laporannya :D
BalasHapusKING CASINO, LLC GIVES A $100 FREE BET
BalasHapusKING CASINO, LLC GIVES A $100 FREE wooricasinos.info BET to try. herzamanindir.com/ Visit us today and receive a $100 FREE BET! Sign up at 토토 our https://septcasino.com/review/merit-casino/ new site!